Friday, November 20, 2015

Terima Kasih Malam Ini

Jujur kadang saya merasa bingung,apa yang sebenarnya terjadi di "dalam" diri saya.Malam ini ,sepulang dari sebuah pengajian dari seorang Habin terkenal walaupun jujur saya belum tau dan baru tahu pertama kali tadi dan itu pun "cara" pengajian yang juga pertama kali saya ikuti ,cukup menarik.Ada sholawat ada ceramah dari sang Syeh.Tapi bukan pengajian yang buat saya tabjub,bukan.Tapi jemaah yang datang.Bukan karena banyaknya ,bukan karena pangkat mereka tapi ada sesuatu yang menarik...ehmm..bukan,ada sesuatu yang hebat.Banyak sekali anak anak usia belia mungkin usia 15-17 tahun mereka khusyuk melantunkan sholawat sholawat nabi,yang tua tua pun tak mau kalah,pria wanita semua bersua, atmosfer yang terjadi saat itu mungkin seperti saat Bung Tomo "membakar" semangat arek arek Suroboyo yang di sambut heboh dan dahsyat dari para "jemaah" yang ada(berdasarkan film dokumenter yang saya tonton di situs youtube).Suasana "fanatisme" yang tinggi dan nuansa "nasionalisme" yang tak bisa diungkapkan dengan kata kata saat itu.Mereka hebat,khususnya para anak anak belia,yang kebanyakan kita lihat di luar sana mereka banyak melakukan tindakan negatif,tawuran semisal ,atau yang lain mereka mementingkan belajar untuk bisa berprestasi di sekolah,tapi yang ini berbeda,meraka naik mobil pick up ,malam malam,hujan hujan,untuk menuntut ilmu akhirat yang sekarang sudah banyak di lupakan kebanyakan orang.Ada lagi yang mungkin buat sebagian orang biasa tapi untuk saya sangat luar biasa.Saat acara selesai,saat nenuju tempat parkir,saya bertemu dengan kakek tua,sangat tua.Beliau agak bungkuk ,berjalan pelan di bantu tongkat di tangan kanan dan tangan kiri menggenggam tangan anak laki lakinya (mungkin anaknya berusia 30an).Bayangkan men...setua itu masih ingin dan mau belajar masih mau ikut pengajian yang mungkin untuk sebagian anak muda "gaul" itu nggak keren.Dengan sarung kusamnya dan sendal cepit beralas tipis yang nyaris putus tali pengaitnya,beliau berjalan pulang dengan wajah berbinar.Dalam hati saya bertanya..."mengapa ? Apa nggak sebaiknya di rumah saja,istirahat .hujan hujan gini",nalar saya tak sampai.Dan yang salut adalah anak laki lakinya yang berjalan mundur dengan sabar dan telaten menuntun ayahnya itu. Dengan membawa beban tas ransel yang di letakan di depan dada,ia tak merasa terbebani,dengam selalu tersenyum saat orang orang melihatnya.Ingin rasanya menyapa dan bertanya atau sekedar berbagi sedikit rejeki saya untuk mereke,tapi sekali lagi,mereka tampak bahagia,seperti mereka tak membutuhkan bantuan.Saya hanya tersenyum kepada mereka...bukan saya hanya tersenyum kepada anak laki lakinya saja,sang ayah terus membungkuk memperhatiakan langkah pelannya.Saya belajar banyak,mulai dari kesederhanaan,kesabaran dan yang pasti rasa bersyukur.Terima kasih untuk malam ini.

No comments:

Post a Comment